August 27, 2012


Analisis

Modric Sebagai Katalisator Madrid


Jakarta - Purna sudah transfer saga Luka Modric. Gelandang Kroasia itu akhirnya berlabuh di Real Madrid dengan mahar 30 juta euro. Bagaimana taktik Madrid pasca kedatangan Modric?

Jose Mourinho kerap menggunakan double pivotdalam formasi yang biasa ia terapkan untuk Los Blancos(4-2-3-1). Fleksibilitas antargelandang menjadi poin utama dia dalam menerapkan strategi ini. Satu gelandang akan bermain lebih keluar hingga mencapai final third (daerah musuh), sementara gelandang lain bermain lebih ke dalam (first third), yang biasa dilakoni Xabi Alonso.

Meski kerap menggunakan strategi seperti tersebut, Mou tampak masih bimbang dalam memplot gelandang box-to-box sebagai tandem sepadan untuk Xabi Alonso. Peran tersebut biasanya dijalani bergantian oleh Sami Kheidira, Lasana Diarra, atau Esteban Granero. 

Jika menilik catatan statistik Modric di musim lalu bersama Spurs, peran tersebut kemungkinan besar akan berhasil diraihnya. Sebanyak 2.215 umpan akurat berhasil ia bukukan musim lalu, tertinggi di antara semua pemain diPremier League. 

Itu berarti, rata-rata Modric melakukan 2,7 umpan tiap pertandingan. Angka tersebut jelas menjadi kredit poin sendiri untuk menambal lubang Madrid di tengah.

Nilai plus Modric lain adalah, ia mampu bermain di segala lini di lapangan tengah. Harry Redknapp bahkan sempat menaruhnya sebagai flank dalam beberapa pertandingan. 

Dalam formasi 4-4-2 atau 4-4-1-1 yang kerap digunakan Redknapp saat di Spurs, Modric juga kerap bermain sebagai regista -- semacam playmaker di depan barisan pertahanan seperti Andrea Pirlo -- kala Rafael van der Vaart melakukan penetrasi atau melancarkan serangan di final third.

Dengan segala kelebihan yang dimiliki Modric, dua nama -- setelah Nuri Sahin yang dipinjamkan ke Liverpool -- diperkirakan akan segera hengkang dari Bernabeu. Dalam hal ini, Kaka dan Diarra menjadi yang terdepan.

Jika Modric benar akan ditempatkan sebagai tandem Alonso, maka masalah katalisator lini tengah Madrid akan segera terpecahkan. Selama ini Mou cenderung menggantungkan hal tersebut kepada Alonso, yang ahli betul dalam memainkan long ball ketika melakukan counter attack.

Tetapi, usia Alonso sudah mencapai 31 tahun. Kecepatannya akan menurun. Lagi pula, Alonso bukan jenis pemain yang ahli dalam keeping ball, dan bukan pula tipe pemain yang lihai bermain dari "kotak-ke-kotak".

Lalu di mana peran Mesut Oezil? Ada dua kemungkinan: Pertama, Oezil akan tetap bermain leluasa sebagaiplaymaker. Kedua, demi memuluskan peran Modric sebagai penghubung lini belakang-tengah-depan, Oezil dapat ditarik ke sisi luar, menggantikan tempat Angel di Maria, dan memasukkan nama Kheidira sebagaibreaker.

Tetapi poin kedua kecil dimainkan lantaran Oezil bukanlah tipe pemain one spot, dan terlebih, ia tak ahli dalam melakukan penetrasi, sehingga Madrid akan kesulitan jika bertemu lawan yang memiliki fullbackcepat macam Gareth Bale atau Maicon.

Apapun itu, Mourinho sepertinya hanya menginginkan satu lakon untuk Modric: katalisator.sport.detik.com

No comments:

Post a Comment